Profil dan Prestasi M Sarengat Pahlawan Olahraga Indonesia - M Sarengat adalah pahlawan olahraga Indonesia. Ia meraih dua medali emas pada Asian Games
1962 di Jakarta, dari nomor lari 100 meter dan lari gawang 110 meter.
Setelah pensiun sebagai atlet, Sarengat berkarir sebagai dokter Angkatan
Darat dengan pangkat terakhir kolonel.
M Sarengat Atlet terkemuka
tahun 1960-an, terutama dalam nomor lari cepat jarak pendek. Kelahiran
Banyumas, 28 Oktober 1940. Menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di
Pekalongan, dan melanjutkan ke SMA Negeri I Jakarta.
Sejak SD hingga SMA, menjadi penjaga gawang kesebelasan sepakbola di
sekolahnya. Masuk klub Indonesia Muda (IM) Surabaya, namun selalu duduk
di bangku cadangan hingga ia jenuh dan akhirnya iseng-iseng terjun ke
atletik. Menyadari kemampuannya berlari, ia berlatih keras hingga ujian
SMA tidak 1u1us, 1959. Tahun berikutnya berusaha ikut pelatnas dan
mengejar prestasi untuk Olimpiade 1960, sehingga bam setahun kemudian
lulus SMA. Karena masalah biaya ia bingung melanjutkan sekolah, atas
saran Letjend GPH Djatikusumo masuk dinas AD. Ia mendapat beasiswa,
lantas masuk Fakultas Kedokteran UI, tetapi di tahun pertama tidak naik
tingkat, karena ikut Asian Games IV. Akhirnya menyelesaikan pendidikan
dokter di tahun 1971.
Rekor nasional diciptakan 1961-1962 dalam lari 100 m, lari gawang 110 m,
dan dasa lomba. Dalam lari gawang 110 m menyamai rekor Asia, diciptakan
dalam Asian Games IV 1962
yang dilangsungkan di Jakarta; dalam 100 m memegang rekor nasional
bersama Jootje Gosal; da1am dasa lomba ia 4 kali menumbangkan rekor
nasional. Dalam lomba try-out di Manila (1962) mencapai 1,93 m untuk
lompat tinggi. Ia mundur dari gelanggang atletik sejak Ganefo (Games of
the New Emerging Forces), 1963 di Jakarta. Kemudian sebagai dokter,
Sarengat menjadi dokter pribadi wakil presiden Adam Malik. Tahun 1977
bersama Minami, ia ditugaskan membawa obor PON IX, masukke stadion utama
Senayan.
Berkat prestasi dan jasanya bagi bangsa ini, nama Sarengat diabadikan untuk nama stadion di Batang, Jawa Tengah,
tanah leluhurnya. “Biasanya saat Lebaran dulu kami sewa bus mudik ke
Batang. Selain bersilaturahmi dengan keluarga di sana, kami meninjau
stadion yang diberi nama ayah itu,” cerita Ayi merujuk pada stadion
sepak bola M. Sarengat di Batang.